Bubur merah putih merupakan salah satu hidangan wajib yang menandakan rasa syukur. Biasanya bubur akan dibawa ke masjid. Kemudian muslim akan berdoa bersama, barulah menyantap bubur ini.
Masyarakat Jawa menyebut bahwa bubur merah putih dibuat sebagai simbol untuk menolak bala atau menghindarkan manusia dari kesialan dan keburukan. Tak heran jika bubur ini kerap disajikan pada acara kelahiran, ulang tahun, pernikahan, musim panen, dan lainnya. Dalam acara bancakan, tasyakuran, atau selamatan, bubur merah putih akan disajikan dan dibagikan setelah selesai menghaturkan doa dan harapan. Pembagian bubur merah putih juga bisa disimbolkan sebagai bentuk meningkatkan silaturahmi dan berbagi kebahagiaan serta doa. Warna merah dan putih juga konon diyakini melambangkan keberanian dan kesucian, layaknya Sang Saka Merah Putih. Dalam acara kelahiran bayi atau pemberian nama, bubur ini menyimbolkan harapan agar nantinya anak tumbuh menjadi pribadi yang berani dan selalu bertindak di jalan yang suci, benar, dan baik. Sementara itu, mitologi Jawa menyebutkan bahwa bubur putih merupakan simbol bibit dari ayah, sedangkan bubur merah merupakan simbol bibit dari ibu. Saat disatukan dalam satu wadah, maka ada simbol penyatuan dan hadirnya manusia baru. Bubur merah putih melambangkan kehidupan manusia di dunia. Secara turun temurun, bubur merah putih ini senantiasa terus hadir dalam acara-acara yang tak lepas dari harapan dan doa.
Bahan bubur
Bahan kuah santan
Kuah santan: campur santan, tepung kanji, garam, dan daun pandan. Rebus sambil aduk sampai semua bahan tercampur rata dan semakin kental. Angkat.
Saran penyajian: Tuang bubur merah di atas piring. Tuang bubur putih di tengah bubur merah. Siram kuah santan. Sajikan selagi hangat.