Tumpeng adalah sajian nasi berbentuk kerucut yang lekat dengan kebudayaan Jawa. Meski begitu, sajian tumpeng tak hanya bisa dijumpai di Jawa namun juga ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Tumpeng biasa disajikan dalam acara-acara penting atau upacara adat, tentunya dengan didampingi lauk yang beragam. Bentuk dasar kerucut untuk membentuk tumpeng biasanya dibuat dengan kukusan atau cetakan.
Tumpeng mendapatkan tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat jawa, tidak disajikan dan digunakan sembarangan untuk keperluan seharai hari. Tumpeng merupakan kependekan dari “tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran” yang artinya berkiblatlah kepada . pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Allah . Masyarakat tradisional Jawa mempunyai kepercayaan bahwa ada kekuatan gaib diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka Oleh karena itu mereka merasa perlu memelihara hubungan dengan kekuatan tersebut agar terjadi keseimbangan dengan kehidupan mereka. Secara umum hal tersebut dinamakan dengan selamatan , yang mana selamatan sering dilakukan dengan cara kenduri yang berati makan bersama. Kenduri yang di dalam nya mengandung harapan untuk memeperoleh keselamatan selalu menghidangkan tumpeng yang dikelilingi lauk pauk yang beraneka macam jenis nya dan kelengkapan lain sesuai dengan hajat yang bersangkutan . Penempatan tumpeng dan lauk pauk nya menyimbolkan gunung dan tanah yang subur dikelilingi gunung . Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut dikaitkan dengan gunung , yang berarti tempat rena yang dinilai sacral oleh masyarakat Jawa, karena memilii kaitan yang erat dengan langit dan surga. Nasi yang menjulang keatas ini merupakan harapan agar kehidupan kita meningkat. Sementara tanah disekeliling gunung disimbolkan dengan lauk pauk yang bervariasi menjadikan kesejahteraan yang hakiki.